Jakarta, Lokalture.com — Mulut tetangga memang lebih pedas dari rasa cabai manapun! Begitu pedasnya, sampai-sampai jamu legendaris Djojo tak mampu meredakannya. Toko Jamu Djojo milik Bu Tien (Sundari Soekotjo) langsung lesu saat cerita miring tentang salah satu anaknya merebak.
Murni (Ayushita), anak Bu Tien, dikabarkan tak bisa punya keturunan akibat rahimnya lemah. Padahal, toko jamu milik ibunya justru punya resep andalan paling laris di pasaran, jamu kesuburan. Kondisi itu membuat biduk rumah tangga Murni dan Luki (Dennis Adhiswara) menjadi bahan cibiran tetangga.
Baca juga:
Komedi Absurd GJSL Ibuku Ibu-Ibu Terinpirasi Kisah Pribadi Hifdzi Khoir
Ditambah pula, cibiran tetangga itu meluas hingga berdampak pada bisnis Jamu Djojo sampai penjualannya melesu hingga nyaris tutup. Keluarga besar mereka pun beroleh tekanan psikologis berat akibat cibiran atau ‘Cocote Tonggo’.

Bagaimana keluarga besar Bu Tien, terutama pasangan Murni dan Luki mengatasi masalah tersebut? Silakan tonton film Cocote Tonggo hasil kolaborasi Tobali Film dan SKAK Studios nan telah tayang di bioskop Indonesia sejak 15 Mei 2025.
“Saya ingin mengangkat bagaimana tekanan itu tidak datang dari orang terdekat, melainkan dari bisik-bisik di balik pagar rumah. Lewat komedi, kita diajak menertawakan sekaligus merenungkannya,” kata sutradara Bayu Skak. Film besutan sutradara Bayu Skak dan diproduseri Sahli Himawan berlatar tempat di Jawa Timur, sehingga kaya akan Bahasa Jawa Timuran.

Meski tidak terlihat di layar secara dominan, Cocote Tonggo sebagaimana judulnya justru punya peran penting pemicu utama konflik rumah tangga. Di lingkungan sosial, tetangga acap menjadi penilai moral tak tertulis dengan opini begitu pedas.
“Dari film Cocote Tonggo, saya belajar untuk jangan mengomentari hidup orang lain karena tidak tahu sejarahnya dan apa yang sudah mereka alami,” kata Asri Welas pemeran Bu Pur sebagai tetangga paling sinis.
Baca juga:
Pentingnya Memaksimalkan Foto Profil Dating Apps agar Menarik Calon Pasangan
Dari mulu tetangga tersebut, film ini memperlihatkan betapa seorang istri di dalam keluarga akhirnya memikul beban besar. Lewat tokoh Murni Cocote Tonggo ingin aga isu tersebut menyeruak menjadi renungan Bersama.
Meski tampak sabar dan penuh kasih, Murni justru menjadi sasaran tudingan dan prasangka. Film ini secara subtil menyoroti beban gender masih banyak dialami perempuan di masyarakat saat keturunan kerap dianggap sebagai tanggung jawab tunggal istri. (*)