Jakarta, Lokalture.com — Perempuan sering dianggap paling concern tentang kuliner terbaru apalagi dengan embel-embel hit, kekinian, viral, dan hidden gem. Anggapan itu justru keliru sebab riset terbaru Populix bertajuk “Millennials & Gen Z Report: Exploring the Hip F&B Phenomenon”, mengungkap fakta sebaliknya. Ya, lelaki justru lebuh reaktif untuk mencoba tren makanan dan minuman kekinian.
“Kerap dinilai lebih cuek, ternyata menurut penelitian terbaru Populix kaum laki-laki cenderung lebih gercep dalam urusan mencoba tren kuliner kekinian,” kata VP of Research Populix Indah Tanip.
Sebanyak 14% responden laki-laki, lanjut Indah, mengaku akan mencoba setiap kali ada tren baru, dan 29% mengaku akan mengeksplorasi rasa baru setidaknya sebulan sekali. “Berbeda dengan perempuan cenderung lebih FOMO (fear of missing out) karena dipengaruhi oleh tren media sosial,” tandasnya.
Baca juga:
FOMO atau perasaan khawatir merasa tertinggal dari pengalaman, tren, atau informasi sedang terjadi di sekitarnya, khususnya banyak dibicarakan atau terlihat di media sosial menjadi salah satu pendorong perempuan mencoba kuliner terbaru. Perilaku ini terlihat pada sekitar 30% responden perempuan mengaku mencoba kuliner baru saat tertarik dengan tren di media sosial.

Dalam survey melibatkan 1.100 generasi milenial dan z di Indonesia pada Februari 2025, Populix mengupas preferensi, persepsi, dan kebiasaan generasi milenial dan z sebagai target industri kuliner kekinian.
Bila dicermati berdasarkan generasi, sambung Indah, milenial cenderung lebih tertarik mencoba makanan dan minuman baru. Berbeda dengan gen Z ternyata lebih tak tergesa-gesa menyikapi, bahkan cenderung akan mengeksplorasi tren baru sekali saja dalam kurun waktu beberapa bulan.
Baca juga:
Menikmati Pengalaman Menyantap Sajian Klasik-Kontemporer Italia dengan Sentuhan Khas Bali
Meski awareness kuliner terbaru gencar di sosial media, menurut penelitian Populix tersebut tetap saja harga menjadi pertimbangan bagi milenial. Sementara itu, generasi z justru menganggap kemasan atau tampilan makanan menjadi penarik minatnya. Dua faktor lainnya, bahan dan rasa unik (28%) juga viral di media sosial (27%). Selanjutnya, ketersediaan di aplikasi pesan antar turut jadi pertimbangan 10% responden.
“Meskipun rekomendasi influencer maupun food blogger cukup berpengaruh, generasi muda jauh lebih memercayai rekomendasi orang terdekat, seperti teman atau keluarga mereka,” papar Indah.
Meski dorongan eksternal berupa konten di sosial media punya pengaruh, sambungnya, justru rekomendasi dari orang terdekat punya faktor penting pada responden dalam membuat keputusan. (*)